Perubahan iklim mempengaruhi budidaya teh dalam banyak hal. Kenaikan suhu udara rata-rata, perubahan cuaca, berkurangnya paparan terhadap sinar matahari, dan meningkatnya kejadian cuaca ekstrem menurunkan produksi teh, baik secara kualitas maupun kuantitas. Cuaca juga mempengaruhi volume air yang tersedia untuk tanaman teh. Teh bisa mengalami baik kelebihan atau kekurangan air akibat cuaca ekstrem, dan meningkatkan stres pada tanaman. Iklim yang kurang mendukung juga meningkatkan kerentanan tanaman teh terhadap serangan hama dan penyakit.
Di sisi lain, praktek budidaya di sektor teh juga berkontribusi pada jejak karbon pertanian. Sejumlah aktivitas pertanian berdampak pada tingginya emisi gas rumah kaca, antara lain monokultur, pembakaran di area kebun, aplikasi pupuk nitrogen yang tidak tepat, dan sebagainya. Tidak hanya berasal dari praktek di kebun, emisi gas rumah kaca juga muncul dari kegiatan-kegiatan pendukung yang dilakukan di luar kebun, seperti budidaya ternak, pengolahan pupuk kandang, dan sebagainya.
Oleh karena itu, kami mendorong petani teh untuk menerapkan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dalam praktek-praktek budidaya teh dan keseharian petani, antara lain:
- Menanam pohon naungan yang bermanfaat untuk lingkungan kebun teh dan untuk kehidupan petani
- Memilih klon atau varietas teh yang sesuai dengan lingkungan
- Menghindari praktek pembakaran, baik di area kebun atau lingkungan rumah
- Memilih dan mengaplikasikan pupuk secara tepat