Saat ini Pemkab Pekalongan sedang mengembangkan potensi hasil alam yang dimilikinya yakni teh hijau dari Kecamatan Paninggaran, di kawasan pegunungan di atas 1.000 Mdpl. Berikut wartawan Suara Merdeka Nur Khaeruddin melaporkannya dalam dua seri mulai hari ini.
SETELAH kopi dari Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan yang berhasil dikembangkan sebagai sebuah potensi hasil alam Kota Santri, kini teh hijau dari Kecamatan Paninggaran, Kabupaten Pekalongan juga tengah dikembangkan oleh Pemkab sekaligus produk kemasannya dibuat semenarik mungkin sehingga menjadi idola bagi masyarakat Pekalongan dan sekitarnya. Bahkan kini mampu menembus pasar Jawa Barat.
Keberadaan perkebunan teh di Kota Santri, masuk di Kecamatan Paninggaran yang mempunyai kontur tanah pegunungan yang mencapai 850-1.300 meter di atas permukaan laut (Mdpl) sangat cocok untuk pengembangan teh hijau. Di kecamatan tersebut, sejak tahun 2014, berdiri Koperasi Serba Usaha (KSU) Paninggaran Berdikari Makmur, sebagai wadah petani untuk mengembangkan hasil produksi teh.
Semula, petani menjual daun teh begitu saja, kemudian ditingkatkan menjadi sebuah produk teh dan sejak setahun terakhir telah melakukan pemasaran kemasan ke pasar Jawa Barat. Meski ada beberapa jenis teh yakni hitam, merah, dan hijau, namun yang menjadi unggulan dari teh Paninggaran adalah teh hijau, dan keunggulan lain adalah teh diproduksi benar-benar asli dari pucuk tanaman teh.
Terpukau
Bahkan Bupati Pekalongan Asip Kholbihi saat melakukan kunjungan di koperasi tersebut mengaku sangat terpukau, dan tidak menyangka bahwa produk dari daerah yang dipimpinnya bagus serta memiliki rasa enak, sehingga akan dikembangkan secara khusus, melalui bantuan Pemkab Pekalongan. ”Teh hijau Paninggaran ini rasanya khas sekali, tidak seperti teh yang biasa kita beli di pasaran.
Aromanya harum, rasa tehnya enak, dan ini hasil dari kekayaan alam di daerah kita sendiri, dibuat oleh petani Kabupaten Pekalongan,” kata bupati. Ketua KSU Berdikari Makmur, Khalwani menuturkan, embrio berdirinya Unit Pengolahan Teh KSU Paninggaran Berdikari Makmur, berawal dari munculnya paguyuban petani teh di Paninggaran pada tahun 2014.
Selanjutnya, mereka mendapat pendampingan dari Yayasan Jateng Berdikari, Business Watch Indonesia (BWI), dan Pemkab Pekalongan. ”Kami dengan Yayasan Jateng Berdikari dan pendampingan BWI melakukan pendampingan petani teh di 10 desa, yakni di Desa Paninggaran, Sawangan, Krandegan, Lumeneng, Tanggeran, Bedagung, Kaliboja, Botosari, Lambanggelun, dan Desa Tenogo. Petani yang masuk koperasi sekitar 300 orang, dengan luasan lahan 400 hektare,” tuturnya.
Kemudian, dengan bantuan alat pengolah teh dari Kementrian Perindustrian, KSU Paninggaran Berdikari Makmur mampu memproduksi teh hijau premium, dengan harga Rp 50 ribu perkilogram.
”Untuk sementara ini kami baru sedikit menerima order, satu bulan 1 kuintal yang sudah ada MoU dengan kami. Yang lain kami belum berani melakukan kerja sama, karena fokus pertama kita memperbaiki lahan untuk perbaikan budidaya tehnya, sehingga pucuk teh tersedia dari petani baru koperasi berani kontrak dengan pembeli,” ungkap Khalwani.
Untuk saat ini, produksi teh hijau setiap harinya baru sekitar 25-30 kilogram. Untuk pemasaran, selain lokal, teh hijau koperasi tersebut, sudah mampu menembus pasar di Bandung, Jakarta, dan sekitarnya. Sehingga diharapkan ada investor yang bisa bekerja sama dengan petani, untuk menalangi pupuk dan dibayar setelah panen.
Sumber: https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/77990/asli-pucuk-teh-tembus-pasaran-jawa-barat